📎 JANGAN BERHARAP MEMANEN TANPA MENANAM!

👤 Yahya bin Mu’adz ar-Razy rahimahullah berkata,

عمل كالسراب وقلب من التقوى خراب، وذنوب بعدد الرمل والتراب، ثم تطمع في الكواعب الأتراب؟!
هيهات! أنت سكران بغير شراب، ‌‎ما أكملك لو بادرت أملك،
ما أجلَّك لو بادرت أجلك، ما أقواك لو خالفت هواك.

"Amal seperti fatamorgana, hati kosong dari takwa, dosa-dosa sebanyak pasir dan debunya, lalu engkau ingin mendapatkan bidadari-bidadari yang menawan dan sebaya?! Alangkah jauhnya hal itu, karena engkau seperti orang yang mabuk tanpa minum khamr. Alangkah bagusnya jika engkau segera beramal untuk menyusul angan-anganmu. Alangkah mulianya jika engkau bersegera beramal sebelum tiba ajalmu. Dan alangkah kuatnya jika engkau menyelisihi hawa nafsumu."

📚 Shifatus Shafwah, jilid 4 hlm. 337


Nasihat dari Yahya bin Mu’adz ar-Razy ini sangat menggugah hati kita. Ia menggambarkan bahwa amal tanpa dasar takwa dan kesungguhan ibarat fatamorgana, sebuah ilusi yang tak pernah bisa dijangkau. Dalam kehidupan ini, banyak orang yang terjebak dalam angan-angan dan harapan besar tanpa mempersiapkan diri dengan amal yang baik. Ia menyebutkan betapa banyaknya dosa yang menumpuk, sebanding dengan pasir dan debu yang ada di dunia ini, sementara kita terus berharap mendapatkan balasan yang sempurna seperti bidadari-bidadari surga.

Namun, Yahya bin Mu’adz dengan bijaksana mengingatkan kita bahwa harapan semacam itu tidak akan terwujud tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Kita seperti orang yang sedang mabuk, bukan karena minuman khamr, tetapi karena terlarut dalam dunia dan hawa nafsu yang menipu. Untuk itu, ia menegaskan betapa pentingnya bersegera dalam beramal, untuk menyusul angan-angan yang kita punya, dan untuk mempersiapkan diri sebelum ajal datang menjemput.

Setiap amal yang kita lakukan harus berlandaskan pada ketulusan dan takwa. Tanpa takwa, hati kita akan kosong, dan amal yang kita lakukan tidak akan memiliki nilai di sisi Allah. Takwa adalah inti dari segala amal baik yang kita lakukan. Oleh karena itu, jangan menunda-nunda untuk melakukan kebaikan. Waktu terus berjalan, dan kesempatan untuk beramal pun tak akan pernah kembali.

Ketika kita menghadapi hidup ini, kita harus bisa melawan hawa nafsu yang seringkali menghalangi kita untuk berbuat kebaikan. Sifat malas, egois, dan lemah iman seringkali menjadi penghalang dalam beramal. Tetapi, Yahya bin Mu’adz mengingatkan kita bahwa jika kita mampu menyelisihi hawa nafsu dan bersegera melakukan kebaikan, kita akan menjadi orang yang kuat, mulia, dan siap menghadapi akhirat dengan bekal amal yang telah kita kumpulkan.

Ingatlah, kita tidak bisa memanen hasil yang baik tanpa menanamnya terlebih dahulu. Kita harus bekerja keras dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraih apa yang kita impikan, baik itu kebahagiaan dunia maupun akhirat. Tidak ada jalan pintas untuk mendapatkan keberkahan dan surga. Semua itu memerlukan usaha dan ketekunan dalam beramal. Jadi, mari kita mulai beramal dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan agama, agar kita mendapatkan hasil yang baik di dunia dan akhirat.

Wallahu A'lam Bishawab